Afi Faradisa Blog

Recent Post

Popular Post

Fashion

Beauty

Breaking News

Travel

Written By afi nihaya on Friday, July 28, 2017 | 7:29 AM

Hari ini aku menerima puluhan pesan masuk dari pengguna fesbuk yang tidak kukenal. Isinya macam-macam, ada yang salam kenal, memuji, atau melampiaskan caci maki yang panjang sekali.
Mereka adalah orang-orang yang tidak terima atas curhatanku yang menjadi viral tempo hari.
.
Tentu, aku sedih saat membaca itu. Bahkan aku menangis (ya, menangis!). Aku berpikir bahwa sangat tidak adil jika beberapa orang yang sama sekali tidak mengenalku begitu bernafsu untuk menghujat mati-matian.
Aku jadi berpikir, "Ya Allah, kok gini amat ya.."
Dalam kesedihan yang kututupi, aku mempraktikkan kalimat set up SEFT berulang-ulang.
"Ya Allah, aku MENERIMA kenyataan bahwa aku masih tetap sedih walaupun aku telah berusaha kuat untuk tidak sedih.
Ya Allah, Yang Maha Menguatkan, hanya dengan Ijin-Mu lah aku bisa melewati semua ini dan meneguhkan hati. Maka, apapun keputusan-Mu, itu adalah yang terbaik dan aku menerima apa adanya."
.
Setelah aku merasa tenang, aku mencari-cari sebab mengapa mereka bisa demikian menaruh benci.
Lalu aku menyadari bahwa yang membenci umunya adalah mereka yang bermasalah dengan diri sendiri. Jika aku membalas kebencian dengan kebencian, bukankah menjadi tidak jelas siapa yang bukan pembenci?
.
It's funny how people who know least about you always have the most to say.
.
Aku putuskan untuk mengambil cacian -sepahit apapun- sebagai bahan untuk perbaikan dan introspeksi diri, tidak lebih. Hitung-hitung juga ajang melatih kesabaran, ya kan?
Kemudian aku berpikir, siapa sih aku ini? Jangankan aku, profesor Quraish Shihab sering dicap aneh-aneh oleh orang yang sama tafsir Qur'an saja nggak ngerti. Beliau yang berilmu tinggi sering didiskriminasi sama orang yang jarang ngaji.
Jangankan aku, Presiden Jokowi orang nomor satu di RI punya segudang pembenci, bahkan salah satu diantaranya adalah baginda Jontor yang umatnya hampir sejuta, terkenal dengan slogan Maha Benar Jontor dengan segala fitnahnya.
.
Kenapa Nabi dilempari kotoran oleh orang Quraisy?
Karena beliau cukup berani untuk menyampaikan kebenaran di tengah-tengah masyarakat yang tidak sadar tengah diliputi kebodohan.
Kenapa Jesus disalib oleh mereka?
Karena beliau cukup berani untuk terus menebar kasih walau harus menembus dogma yang telah lama tertata.
Dan pelajaran-pelajaran yang orang suci sampaikan ditolak mentah-mentah pada jamannya, namun justru setelah itu ajaran mereka diterima dan bertahan ribuan tahun dengan jutaan pengikut setia.
Mengapa ajaran yang sama mendapat respon yang berbeda pada setiap masa?
.
Tidak, aku tidak bermaksud menyamakan diriku dengan orang-orang suci. Namun jika aku dibenci karena menyampaikan hal-hal yang sebenarnya tidak (belum) mereka pahami, lalu aku bisa apa lagi?
Tidak menutup kemungkinan hal-hal seperti yang terjadi pada Nabi terulang lagi walaupun dengan konsep yang berbeda dan penyampainya sama sekali bukan orang suci.
.
Aku tahu pro kontra sudah biasa. Tanggapan atas sebuah gagasan baru kadang berupa hal yang tidak terduga.
.
Sampai pada titik ini, aku tidak merasa perlu lagi untuk melekat pada penilaian orang. Selama ini mereka memang selalu punya hal untuk dikomentari, kan?
.
Whatever you say, whatever you do, people will always have something to say.
.
NB: aku sudah mengubah privasi sebagian besar posting lama di akun ini yang tadinya teman menjadi publik, jadi untuk yang belum berteman bisa stalking mulai sekarang.

0 comments:

Post a Comment

Afi Nihaya Faradisa Blog© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By Kaizen Template