Afi Faradisa Blog

Recent Post

Popular Post

Fashion

Beauty

Breaking News

Travel

Written By afi nihaya on Saturday, August 19, 2017 | 5:34 AM

Kamu masuk psikologi berarti bisa meramal sifat orang dari mukanya dong? Afi, kamu SMA-nya jurusan IPA kok bisa masuk psikologi?
 Apa sih bedanya psikolog sama psikiater? Jurusan psikologi lulusnya kerja apa? Kenapa masuk psikologi bukan sastra, politik, atau komunikasi?
 Yup, pertanyaan di atas masih sering banget ditanyakan ke aku sama orang-orang. Meskipun sejujurnya agak aneh 😅 , tapi mari kita jawab satu-persatu. - Bisa meramal sifat orang?

 Hei, psikologi itu bersifal ilmiah, psikologi adalah ilmu yang bisa dibuktikan secara empiris. Psikologi itu sains, bukan ilmu kebatinan 😂 Kalaupun seorang psikolog memberi diagnosa atas kepribadian seseorang, maka hal itu harus didasari dengan data yang valid, terukur, dan bisa dipertanggung jawabkan landasannya. - Jurusan IPA bisa kuliah di psikologi? Bisa!

Memang umumnya program studi psikologi adalah jurusannya anak IPS, tapi beberapa universitas justru mengharuskan yang masuk psikologi dari anak IPA. Misalnya Universitas Padjadjaran dan Universitas Sebelas Maret. Sedangkan aku mengambil psikologi di UIN SuKa dari jalur tes (paper based test), sehingga jurusan SMA tidak diperhitungkan. - Beda psikolog dengan psikiater? Kalau ini sangat jelas ya, tapi masih banyak sekali yang menganggap keduanya sama. Sebenarnya, psikologi dan psikiatri memang sama-sama ilmu yang berguna untuk membantu pasien dengan gangguan mental atau tekanan psikologis.

 Bedanya, psikologi itu adalah bidang non-medis. Seorang psikolog adalah orang yang telah lulus S1 Psikologi (minimal 4 tahun) SEKALIGUS telah lulus S2 Magister Profesi Psikologi (2-4 tahun). Yang punya HAK LEGAL untuk praktek jadi psikolog adalah orang yang memiliki gelar M.Psi., Psikolog di samping namanya. Misal Asa Firda Inayah, M.Psi., Psikolog Jadi, sarjana psikologi (S.Psi) BUKAN psikolog. Magister psikologi (M.Si. atau M.Psi.T.) juga BUKAN psikolog. Maka sudah jelas bahwa secara hukum, keduanya tidak berhak praktek sebagai seorang psikolog.

Psikolog juga HANYA berhak memberikan penanganan non-medis, maka ia tidak boleh meresepkan obat apapun. Sementara itu, psikiatri adalah bidang medis. Seorang psikiater adalah dokter (S1) yang mengambil spesialisasi bidang kedokteran jiwa atau psikiatri. Gelar seorang psikiater misalnya adalah dr. Asa Firda Inayah, Sp.KJ Seorang psikiater berhak meresepkan obat, semisal antidepresan, obat insomnia, dan lain sebagainya. Sederhananya, psikolog menangani mental sedangkan psikiater lebih banyak menangani fisik.

 Nah, psikolog yang bekerja di rumah sakit bersama psikiater biasanya adalah psikolog klinis, karena psikolog ada macam-macam: psikolog pendidikan, psikolog industri, dll. (Kalau aku ingin jadi psikolog klinis/clinical psychologist) Sudah jelas yaa 😅 - Jurusan Psikologi lulusnya kerja apa? Kalau mau buka praktek maka harus jadi psikolog. Tapi sarjana psikologi juga masih banyak dibutuhkan untuk menangani pekerjaan yang berhubungan dengan psikis manusia, misalnya staf psikolog, staf HRD, tenaga konseling sekolah, penulis, dan masih banyak lagi. - Kenapa masuk psikologi bukan sastra, politik, atau komunikasi? Well, pada dasarnya ini adalah pilihan yang sangat pribadi. Psikologi adalah passionku, bakat & minatku memang ada di situ. Jika aku bisa menyarankan 1 hal saja pada para pelajar di negeri ini: PILIHLAH JURUSAN YANG KAMU MINATI, APAPUN ITU. Seorang dosen pernah berkata padaku, "80% mahasiswa itu salah jurusan. Menyedihkan"

 Menurut opiniku, kenapa kebanyakan orang salah jurusan?
 1. GENGSI "Yang penting kuliah daripada nganggur. Melamar kerja butuh ijazah soalnya." "Apapun, yang penting universitas negeri dong" "Pokoknya masuk UI, UGM, atau ITB dulu, masalah jurusan belakangan" "Teknik atau kedokteran paling keren sih kayaknya" "Orangtua menyarankan masuk sekolah kedinasan biar jadi PNS" "Prospek kerja bagus nih kalau masuk pertambangan" "Teman-temanku pada milih farmasi, masa' aku filsafat sendiri?" Kendati sebagian alasan di atas sudah pada kadaluarsa, namun masih banyak sekali yang memilih jurusan atas pertimbangan gengsi. Padahal, untuk survive dan sukur-sukur menjadi ahli pada suatu bidang, mau tidak mau kamu harus menyukai bidang itu. Hasrat/passion/minat adalah energi penggerak utama agar kamu tahan mendengarkan dosen di kelas yang bikin ngantuk. Agar kamu tahan menyelesaikan tugas sampai tengah malam. Agar kamu tahan membaca puluhan literatur yang bikin pusing tujuh keliling. Agar kamu tetap semangat menyelesaikan studi, menggapai nilai yang tinggi walaupun uang menipis di akhir bulan dan membuatmu telat-telat makan. Agar kamu bisa mengerjakan skripsi dengan bagus, cepat lulus, dan gak perlu jadi mahasiswa yang kuliah segan DO pun tak mau 😂 Kalau kamu salah jurusan, yang merasakan penderitaannya sudah tentu bukan orangtuamu, temanmu, gurumu, tetanggamu, apalagi cuma followers di sosmed, tapi kamu sendiri. Jadi, MAKAN TUH GENGSI! :P

 2. DUIT Alasan salah jurusan yang kedua adalah duit. Maksudnya, bukan yang semacam "Aku sebenarnya pingin ngambil S3, tapi apa daya cuma bisa S3 (SD, SMP, SMA)" Bukannn 😂 Misal berpikiran, "Masuk sastra mau jadi apa nantinya? Emang kamu bisa kenyang makan tulisan?" Jadi, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak pelajar yang mengambil suatu jurusan karena kerjanya gampang atau "duitnya banyak" di masa depan. Dan itu tidak salah. Namun, aku pribadi akan mengatakan bahwa alih-alih realistis, hal itu justru merugikan, tapi jadi lumrah karena turut dilakukan banyak orang. Alan Watts, seorang pemikir dan filsuf dari Inggris pernah mengajukan pertanyaan pada para pelajar. "Apa yang ingin kamu lakukan seandainya uang bukanlah tujuan? Apa aktivitas yang benar-benar kamu sukai untuk menghabiskan hidupmu?" Para pelajar mengatakan, "Aku suka menggambar, membuat video youtube, berkuda, melukis, menjelajahi hutan". Setelah mendengar jawaban mereka, mungkin kamu akan berpikir, "Bukankah mereka juga akan butuh uang dan punya tagihan yang harus dibayar?" :)

Sejauh PENGAMATANKU, lakukan pekerjaan yang kamu sukai, maka kamu akan jadi seorang ahli, selanjutnya uang akan datang sendiri. Prinspinya sederhana: Kerjakan apa yang kamu sukai, lalu cari orang yang bersedia membayarmu untuk melakukan pekerjaan itu. :D Mengapa pula kamu harus menyukai pekerjaanmu?

Karena jika tidak, KAMU AKAN STRESS. Padahal, bukankah tujuan hidup ini sebenarnya adalah mencari RASA BAHAGIA? Banyak uang, kendaraan, rumah, anak, jabatan, atau popularitas ya ujung-ujungnya karena kita INGIN BAHAGIA. Uang itu cuma sarana. Tujuannya adalah RASA. Jika menurutmu dapat uang adalah hal terpenting, karena itu kamu melakukan pekerjaan yang tidak kamu sukai, Berarti kamu mengerjakan hal-hal yang tidak kamu sukai agar bisa terus hidup untuk melakukan hal-hal yang tidak kamu sukai. Begitu seterusnya. Buat apa? Pilihlah jurusan yang kamu suka. Lagipula, negara tidak mungkin membuat jurusan yang gak ada gunanya. Kekhawatiran buta gak perlu dipelihara. ;)



 *)Ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa

2 comments:

Afi Nihaya Faradisa Blog© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By Kaizen Template