Afi Faradisa Blog

Recent Post

Popular Post

Fashion

Beauty

Breaking News

Travel

Written By afi nihaya on Monday, October 16, 2017 | 6:22 PM


Oleh: Afi Nihaya Faradisa

Ya, ini tulisanku yang pertama sejak aku vakum menulis :)
(Ini akan jadi tulisan yang sangat panjang).

Saat aku 13 tahun (kelas 1 SMP), bapak membelikan sebuah personal computer (PC) untukku dan adikku, agar aku tidak harus ke warnet hanya untuk mengerjakan tugas sekolah; browsing materi pelajaram di internet, membuat presentasi, atau mengetik paper.

Sejak itulah aku mulai menulis secara lebih modern, setelah sebelumnya hanya menulis tangan dan setumpuk puisi di buku diary.

Dan tahun lalu, komputer itu rusak, tak lagi bisa digunakan, dan selain itu seluruh dataku juga hilang.

Di SMA, saat sebagian besar temanku sudah punya ponsel pintar (smartphone), aku cuma bisa menginginkannya saja.
Sejak ibuku sakit glaukoma dan menjadi buta, keluarga kami kesulitan secara ekonomi.
Maka aku mengumpulkan sedikit demi sedikit dari uang saku, yang setiap hari aku dijatah lima ribu.

Tanggal 13 November 2015, aku masih ingat saat aku memberanikan diri pergi ke sebuah toko handphone dengan membawa uang enam ratus ribu. Saat itu, handphone masih relatif lebih mahal dibandingkan sekarang. Aku sangat-sangat bahagia manakala aku berhasil membawa pulang sebuah smartphone dengan uang enam ratus ribu yang kukumpulkan sejak lama itu. Smartphone yang kumaksud di sini adalah ponsel Android dengan panjang kurang dari 10 cm.

Aku tidak bisa menggambarkan betapa bersyukurnya diriku saat itu.

Sejak hari pertama, di atas layar sentuh yang lebih kecil dan sempit dari handphone kebanyakan teman-temanku, aku mulai mengetik banyak hal. Aku menyimpan catatan-catatanku di sebuah aplikasi bernama Colornote. Aku suka sekali mengetik di sana, karena aku bisa melakukannya di mana saja asal handphone itu sedang kubawa.

Saat tulisanku mulai banyak, aku berpikir untuk mempublikasikannya saja, tapi di mana?
Di sisi lain, aku takut orang tidak akan menyukai tulisanku. Bagaimana jika tulisanku tidak bagus? Aku malu, aku tidak percaya diri.

Tapi, kemudian aku berpikir lagi. Saat aku menulis di akun pribadi, aku tidak pernah sekalipun meminta orang untuk membaca atau menyukainya. Kuletakkan pilihan sepenuhnya di tangan mereka.

Lagipula, aku harus ingat bahwa aku menulis untuk menyampaikan pemikiran, bukan untuk membuat terkesan.
I write to express, not to impress.

***

Menulis bukan pengetahuan yang bisa didapatkan semata-mata hanya dari duduk di kelas dan mengerjakan tugas. Menulis adalah keterampilan, dan tak ada cara meningkatkannya selain dengan 'jam terbang' serta kecintaan yang dalam.

Aku suka menulis sejak lama.

Dan tibalah aku pada suatu masa,
Di mana ratusan tulisan menjadi tak ada artinya jika seseorang pernah melakukan kesalahan, bahkan setelah berbulan-bulan kemudian.
Masa di mana video live ku yang aku tidak tahu bahwa itu sedang direkam orang entah siapa, kemudian besoknya dia unggah, dan segera saja menjadi sasaran bully se-Indonesia.

Welcome to the jungle!
;)

***

Aku percaya bahwa kehidupan itu selalu naik dan turun. Life's ups and downs. Seperti monitor detak jantung di rumah sakit. Garis yang lurus justru menunjukkan bahwa seseorang tak mungkin mengalami pasang surut kehidupan lagi; dia telah mati.

Aku mempublikasikan tulisan-tulisanku di akun ini sejak 2016. Awal sekali, ada teman lama seperti Pak Saeful Richy Segara yang sering sekali kucurhati 😂 Terima kasih sekali, Pak.
Sebenarnya masih banyak, tapi aku lupa. (Tolong ingatkan di komen ya 😂)

Lalu, aku ingat aku pertama kali viral saat menulis status soal "rasa" pendidikan di Indonesia, bulan Juli 2016. Tulisanku itu ramai sekali dibicarakan di forum-forum guru, bahkan dalam beberapa hari sekolahku ikut sibuk mencari tahu siapakah sebenarnya "Afi Nihaya Faradisa" 😂
Sebut saja Pak Guru Bahasa Inggris Solihin Agyl, Pak Guru Matematika Eme Effendi, tokoh pegiat "Guru Merdeka Belajar" pak Bukik Setiawan , atau pak Hazil Aulia yang dulu sering nimbrung di forum guru ketika mereka membicarakanku 😂
Atau Bu Yanti Ariyanti yang belakangan mengungkapkan bahwa beliau menyukai tulisan-tulisanku jauh sebelum aku masuk TV seperti saat ini.
Mereka orang-orang yang mengikuti perkembanganku sejak aku 17 tahun, saat baru naik kelas 3 SMA 😂
Tidak terasa sudah lama juga.

Kemudian, November 2016, akun ini viral lagi saat aku menulis status tentang pengalamanku menjadi aktivis anti hoax di grup Facebook.
Saat itu, mau tidak mau aku harus berhadapan pertamakalinya dengan seorang wartawan yang memastikan bahwa Afi bukan sosok fiktif, bukan cuma orang dewasa yang nyomot foto anak SMA di profilnya 😅

Bulan Desember 2016, aku menulis status viral soal pengalamanku mematikan total hape selama 10 hari. Iya, hape kecil enam ratus ribu itu.
Dan.. aku mulai tampil di salah satu stasiun TV, tentu saja juga mulai dibully 😂
Orang pada bertanya, di mana itu Banyuwangi? 😏
(Jawa Timur paling timur, kadang kecepatan internetnya kayak kura-kura kena polio itu lho)

Bulan Mei 2017, aku menulis status viral berjudul "Warisan".
Aku bersumpah, butuh nyali luar biasa untuk bersuara di tengah kemelutnya suasana Indonesia.
Karena 'bersuara' adalah hak yang dijamin konstitusi, jadi aku coba memberanikan diri, meski aku tahu persis siapa yang 'kuhadapi'.
Serta, siapapun yang bilang bahwa tulisan "Warisan" bukan karyaku, sodorkan bukti validnya!
Tapi kalau tidak bisa, aku ingin mengingatkan saja, barangkali lupa bahwa "fitnah lebih kejam dari pembunuhan", itu kata Alquran.
😉

***

Kau tahu, salah satu caraku untuk menjadi kuat adalah dengan melihat ke belakang.

Dan kurasa, kau pun kadang-kadang perlu demikian.

Kau telah berjalan sekian lama, apakah kau akan berhenti begitu saja?
Apakah kau masih ingat ketika keadaan begitu buruk sehingga kau pikir kau takkan bisa melewati itu?
Apakah kau masih ingat ketika kau sangat khawatir, cemas, menangis, dan hancur? Faktanya, setelah semua kekacauan itu, kau masih bertahan.
Kau masih hidup.
Kau masih kuat.
Kau masih berdiri di atas kakimu sendiri.
Tarik napas, kau adalah orang yang baik dan layak merasakan kebahagiaan hidup. Semua hal buruk yang dulunya kau kutuk, suatu saat akan kau tertawakan, bahkan kau syukuri, karena tanpa semua hal buruk itu, kau takkan jadi siapa 'dirimu' hari ini.
Padahal kau tidak pernah menyangka bahwa kau sekuat itu. Kau tidak menyangka bahwa kau bisa melewatinya.
Jika dulu kau mampu melewati segala kesulitan yang mematikan,
Maka kau juga bisa melewati yang satu ini.
Aku berjanji.

Tak perlu tangisi matahari yang tenggelam, agar kau bisa melihat bintang.
***

0 comments:

Post a Comment

Afi Nihaya Faradisa Blog© 2014. All Rights Reserved. Template By Seocips.com
SEOCIPS Areasatu Adasenze Tempate Published By Kaizen Template